Test Ride TVS NEO X31, Enak Atasnya!
OTOMOTIFNET - Pekan lalu (7/6), di Hotel Four Seasons, Jakarta. PT TVS Motor Company Indonesia (TVSMCI) meluncurkan bebek terbaru, Neo X3i. Motor ini merupakan refreshment dari Neo 110, yang telah beredar sejak tahun 2007.
Perubahan mendasar pada bodi depan. Yakni lampu utama kini ditempatkan di bagian dada alias tebeng depan. Serta sein diposisikan pada sayap kiri-kanan dengan bentuk menonjol, sehingga membuatnya mudah terlihat dari depan maupun samping. Lampu depan diisi bohlam jenis halogen, diklaim punya pancaran lebih terang dari bohlam konvensional.
Sasis dan mesin ternyata sama dengan Neo generasi pertama. “Tak ada perubahan, hanya dudukan bagian depan menyesuaikan bodi baru, mesin juga masih sama,” terang Pramod V Kulkarni, head of engineering R&D PT TVSMCI. Namun ada beberapa komponen yang dikembangkan lagi.
Pasalnya, kini dapur pacu X3i disulap lebih awet lewat pengembangan teknologi tersebut. Makanya TVS berani mengklaim mesin X3i dengan slogan Duralife Engine. Di antaranya pemakaian roller rocker arm yang oleh TVS diberi nama roller follower. Dengan teknologi ini, gesekan pelatuk dengan noken as jadi berkurang, sehingga loss power minim dan bikin kem jadi awet.
Perubahan mendasar pada bodi depan. Yakni lampu utama kini ditempatkan di bagian dada alias tebeng depan. Serta sein diposisikan pada sayap kiri-kanan dengan bentuk menonjol, sehingga membuatnya mudah terlihat dari depan maupun samping. Lampu depan diisi bohlam jenis halogen, diklaim punya pancaran lebih terang dari bohlam konvensional.
Sasis dan mesin ternyata sama dengan Neo generasi pertama. “Tak ada perubahan, hanya dudukan bagian depan menyesuaikan bodi baru, mesin juga masih sama,” terang Pramod V Kulkarni, head of engineering R&D PT TVSMCI. Namun ada beberapa komponen yang dikembangkan lagi.
Pasalnya, kini dapur pacu X3i disulap lebih awet lewat pengembangan teknologi tersebut. Makanya TVS berani mengklaim mesin X3i dengan slogan Duralife Engine. Di antaranya pemakaian roller rocker arm yang oleh TVS diberi nama roller follower. Dengan teknologi ini, gesekan pelatuk dengan noken as jadi berkurang, sehingga loss power minim dan bikin kem jadi awet.
Desain baru, terlihat lebih stylist |
i-Charge, bisa ngecas di manapun |
Lengkap dan mudah dibaca |
Kedua, cincin piston didesain tipis. “Hanya 0,8 mm,” lanjut pria asal India yang biasa disapa Mr. Kulkarni itu. Sedang di motor lain pada umumnya mengusung ketebalan sekitar 1 mm. Efeknya gesekan jadi lebih rendah alias low friction. Ketiga, guide tensioner dilapis teflon. Efek yang diberikan juga sama, selain itu membuat suara mesin jadi lebih halus.
Jika melihat nama, pasti ada yang penasaran dengan tambahan X3i. Jangan mengira maksudnya injeksi, karena Neo masih pakai karburator. Arti sebenarnya ada pada fitur yang disematkan, seperti yang ada pada Neo sebelumnya, yaitu i-Econo, i-Start, dan i-Charge.
i-Econo berupa lampu indikator di spidometer, akan menyala jika bukaan gas berada pada level ekonomis, kerjanya didukung throttle switch. i-Start menunjukkan jika mesin sudah siap dipakai jalan.
“Hanya butuh waktu sekitar 3 menit, lampu akan mati,” terang Benny W. General Manager Marketing PT TVSMCI. Sedang i-Charge merupakan fitur charger, agar sewaktu-waktu bisa ngecas handphone. Terletak di bawah setang sebelah kiri.
Berikutnya, biar tahu performanya, OTOMOTIF diberi kesempatan pertama untuk mengujinya. Kesan pertama saat menduduki sadelnya dan tangan menggenggam kemudi, posisi duduk dan pengendalian terasa nyaman. Semua indikator bisa terpantau dengan baik. Nyalakan mesin dan setelah indikator i-Start mati langsung tancap gas. Rasanya mirip Neo lama.
Heemm.., rupanya akselerasi awal di putaran bawah tak terlalu ‘nendang’. Namun begitu masih di putaran tengah hingga atas, mulai deh terasa galaknya. Hanya saja nafasnya pendek-pendek. Maklum, karakter mesin over-bore memang seperti ini.
Setelah itu, giliran coba dilarikan sekencang-kencangnya. Didapat kecepatan maksimal di spidometer mencapai 100 km/jam. Lalu motor diajak manuver di beberapa kondisi jalan. Ternyata handling-nya saat menikung cukup stabil. Namun di jalan lurus (pada kecepatan 40-50 km/jam) ada sedikit gejala limbung. Bukan karena tak ada traksi roda ke aspal lo, tapi kayaknya baut pengunci komstir kendur. Harus disetel lagi nih, biar mantafff..!
Nah, biar lebih akurat, kami juga mengukur beberapa kriteria pengujian penting. Untuk akselerasi kami menggunakan Racelogic buatan Inggris. Hasilnya silakan amati tabel. Oh iya, tak lupa juga diukur konsumsi bahan bakar. Dengan pemakaian bervariatif, satu liter premium bisa dipakai untuk menempuh jarak 43 km. Cukup irit buat bebek 110 cc.
Data Spesifikasi:
P x L x T: 1.940 x 665 x 1.075 mm
Jenis mesin : 4 langkah, SOHC, berpendingin udara
Diameter x langkah : 53,5 x 48,8 mm
Isi silinder : 109,7 cc
Perbandingan kompresi : 9,35:1
Tenaga : 8,5 dk/8.000 rpm
Torsi : 8,5 Nm/4.500 rpm
Kopling : Semi otomatis
Transmisi : 4 percepatan
Berat : 101,5 kg
Sumbu roda : 1.260 mm
Suspensi dpn/blkng : Teleskopik/dual sokbreker
Rem depan : Teromol (SW), cakram piston ganda(CW)
Rem belakang : Teromol
Aki : 12 V /4 Ah
Kapasitas tangki : 4 liter
Jika melihat nama, pasti ada yang penasaran dengan tambahan X3i. Jangan mengira maksudnya injeksi, karena Neo masih pakai karburator. Arti sebenarnya ada pada fitur yang disematkan, seperti yang ada pada Neo sebelumnya, yaitu i-Econo, i-Start, dan i-Charge.
i-Econo berupa lampu indikator di spidometer, akan menyala jika bukaan gas berada pada level ekonomis, kerjanya didukung throttle switch. i-Start menunjukkan jika mesin sudah siap dipakai jalan.
“Hanya butuh waktu sekitar 3 menit, lampu akan mati,” terang Benny W. General Manager Marketing PT TVSMCI. Sedang i-Charge merupakan fitur charger, agar sewaktu-waktu bisa ngecas handphone. Terletak di bawah setang sebelah kiri.
Berikutnya, biar tahu performanya, OTOMOTIF diberi kesempatan pertama untuk mengujinya. Kesan pertama saat menduduki sadelnya dan tangan menggenggam kemudi, posisi duduk dan pengendalian terasa nyaman. Semua indikator bisa terpantau dengan baik. Nyalakan mesin dan setelah indikator i-Start mati langsung tancap gas. Rasanya mirip Neo lama.
Heemm.., rupanya akselerasi awal di putaran bawah tak terlalu ‘nendang’. Namun begitu masih di putaran tengah hingga atas, mulai deh terasa galaknya. Hanya saja nafasnya pendek-pendek. Maklum, karakter mesin over-bore memang seperti ini.
Setelah itu, giliran coba dilarikan sekencang-kencangnya. Didapat kecepatan maksimal di spidometer mencapai 100 km/jam. Lalu motor diajak manuver di beberapa kondisi jalan. Ternyata handling-nya saat menikung cukup stabil. Namun di jalan lurus (pada kecepatan 40-50 km/jam) ada sedikit gejala limbung. Bukan karena tak ada traksi roda ke aspal lo, tapi kayaknya baut pengunci komstir kendur. Harus disetel lagi nih, biar mantafff..!
Nah, biar lebih akurat, kami juga mengukur beberapa kriteria pengujian penting. Untuk akselerasi kami menggunakan Racelogic buatan Inggris. Hasilnya silakan amati tabel. Oh iya, tak lupa juga diukur konsumsi bahan bakar. Dengan pemakaian bervariatif, satu liter premium bisa dipakai untuk menempuh jarak 43 km. Cukup irit buat bebek 110 cc.
Data Spesifikasi:
P x L x T: 1.940 x 665 x 1.075 mm
Jenis mesin : 4 langkah, SOHC, berpendingin udara
Diameter x langkah : 53,5 x 48,8 mm
Isi silinder : 109,7 cc
Perbandingan kompresi : 9,35:1
Tenaga : 8,5 dk/8.000 rpm
Torsi : 8,5 Nm/4.500 rpm
Kopling : Semi otomatis
Transmisi : 4 percepatan
Berat : 101,5 kg
Sumbu roda : 1.260 mm
Suspensi dpn/blkng : Teleskopik/dual sokbreker
Rem depan : Teromol (SW), cakram piston ganda(CW)
Rem belakang : Teromol
Aki : 12 V /4 Ah
Kapasitas tangki : 4 liter
Tabel hasil pengetesan | |
Akselerasi | |
0-60 km/jam | 7,7 detik |
0-80 km/jam | 15,8 detik |
0-100 meter | 9,0 detik |
0-201 meter | 14,0 detik |
0-402 meter | 22,7 detik |
Konsumsi bensin | 43 km / liter |
Postur Mr.Testo | 172 cm / 58 kg |
0 comments:
Post a Comment